Menyambut Geliat Dakwah “Kota Pala”


Pertengah bulan April (22/4/2010) lalu, umat Islam Fakfak menggelar hajatan besar Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-2 Papua Barat. Acara yang digelar oleh pemerintah Kabupaten Fakfak ini mendapat antusiasme besar dari masyarakat. Tak saja warga dari Kabupaten Fakfak yang menjadi tuan rumah, tapi juga dari umat Islam yang berasal dari kabupaten yang ada di Papua Barat.

Acara yang digelar di Stadion 16 November berkapasitas 3 ribu orang ini dipenuhi masyarakat. Tak saja yang Muslim, mereka yang berbeda agama pun turut hadir. Acara itu resmi dibuka oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Muhammad Nuh. Beberapa pejabat yang juga ikut hadir di antaranya, Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, Dirjen Bimas Islam Depag RI Nazaruddin Umar, serta duta besar Mesir dan Palestina.

Ada sembilan perwakilan daerah yang ikut menjadi peserta dalam MTQ ini. Mereka mewakili setiap kabupaten yang ada di Papua Barat, yaitu Fakfak, Manokwari, Sorong, Kota Sorong, Sorong Selatan, Kaimana, Teluk Wondama, Teluk Bintuni, dan Raja Ampat.

Islam “Kota Pala”
Hajat besar kaum Muslim Kabupaten yang dikenal dengan hasil buah pala ini memang tak semata-mata hajatan MTQ. Tapi ada hajat besar lain menyangkut sejarah masuknya Islam di tempat itu.

Karenanya, selain penyelenggaraan MTQ ke-2 tingkat Provinsi Papua barat yang dibuka Menteri Agama, juga dibuka acara seminar ’masuknya Islam di tanah Papua’, khususnya di Kabupaten Fakfak.

Selain menghadirkan tokoh Muslim setempat, juga menghadirkan tokoh-tokoh berkompeten lainnya.

“Yang hadir para tokoh agama Islam baik yang ada di tanah air hingga dari luar tanah air,” tandas Kepala Dinas Kimbangwil Fakfak Drs.HM Tahir Mustafa, M.Si, yang juga selaku Ketua LPTQ Kabupaten Fakfak.

Sebagaimana diketahui, selama ini banyak orang di luar Papua mengira, di propinsi yang dikenal sebagai daerah yang kaya sumber daya alam ini adalah identik dengan Kristen.

Namun faktanya, di kabupaten Fakfak sendiri yang memiliki luas wilayah 38.474 km2 dan berpenduduk sebanyak 50.584 jiwa (tahun 2000), justru sangat kental dengan Islam.

M. Syahban Garamatan, keturunan Raja Patipi, salah satu anak keturunan kerajaan yang pertama kali memeluk Islam di kabupaten itu mengatakan, kedatangan Islam di Fakfak sangat lama.

Banyak fakta yang bisa dijadikan saksi. Diantaranya adalah bukti otentik berupa keberadaan beberapa mushaf al-Qur’an dan kitab-kitab tua. Saat ini bukti otentik itu dijaga dengan baik oleh Ahmad Iba, salah satu pewaris Raja Patipi.

Mushaf al-Quran yang konon dibawa oleh Syeikh Iskandarsyah dari Kerajaan Samudera Pasai itu mendarat di daerah kekuasaan Kerajaan Mes, yang berada di daerah Kokas, sekitar 50 km dari pusat Kabupaten Fakfak. Di tempat ini ternyata sudah banyak penduduk yang masuk Islam. Bahkan dalam kerajaan itu pun terdapat masjid.

Selain mushaf al-Quran dan beberapa kitab-kitab tua, di kabupaten itu juga berdiri pusat ibadah umat Islam. Di Kampung Pattimburak, sekitar 10 km sebelum Kokas, berdiri sebuah masjid tua dengan arsitektur Portugis.
Masjid Pattimburak, demikian kaum Muslim menyebut, diperkirakan dibangun sekitar tahun 1870 M. Namun sebagian masyarakat ada yang meyakini, masjid beratap dua tingkat berukuran sekitar 5 x 8 m persegi dan menyerupai bangunan gereja itu dibangun cukup lama. Ini saksi kehadiran agama Islam di kabupaten itu.

Karena nilai historisnya itulah, maka panita MTQ menjadikan Masjid Pattimburak sebaga logo resmi MTQ.*Ahmad Damanik/Suara Hidayatullah MEI 2008

Foto: Kegiatan ta'lim Al Qur'an di Pesantren Hidayatullah Manokwari