BNI Apresiasi Ponpes Hidayatullah Merauke dan Manokwari


Seiring dengan peningkatan kinerja keuangannya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berusaha untuk menyalurkan sebagian dari laba perusahaan yang diperolehnya kepada masyarakat yang kurang memiliki akses kepada pembiayaan agar lebih terberdayakan.

Sebagian dari laba tersebut disalurkan untuk menambah perlengkapan sekolah dan membantu meringankan beban biaya kuliah bagi anak-anak Papua dan Papua Barat yang berprestasi melalui beasiswa.

Dalam sebulan terakhir ini, setidaknya sudah Rp 1,68 miliar yang dialirkan BNI untuk dunia pendidikan di Papua dan Papua Barat. Seluruh dana tersebut disalurkan melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang tersedia sebagai konsekuensi dari peningkatan laba BNI selama ini.

Penyaluran dana tersebut antara lain diberikan kepada Pondok Pesantren Hidayatullah di Merauke senilai jutaan rupiah. Sementara di Manokwari, BNI menyalurkan beasiswa kepada siswa-siswa berprestasi di wilayah itu.

Tidak hanya itu, di Manokwari, BNI juga membantu Pondok Pesantren Hidayatullah dan bantuan sarana belajar di SDN 58 Sanggeng, masing-masing sebesar Rp 10 juta.

Adapun di Jayapura, BNI turut melengkapi sarana dan prasana Sekolah Dasar (SD) Babronko, senilai Rp 70 juta. Dengan dana tersebut, SD Babronko mendapatkan tambahan 80 unit meja dan kursi, enam lemari buku, dan papan tulis tiga unit. Bantuan di SD Babronko ini diserahkan secara langsung oleh Wakil Direktur Utama BNI Felia Salim pada hari Kamis, 1 November 2012 lalu.

“Kami terus menyisihkan empat persen dari laba kami untuk PKBL. Salah satu yang kami prioritaskan adalah bidang pendidikan,” ujar Felia di Jayapura, Kamis (1/11/2012).

Bantu Daya serap

Sementara itu, bagian terbesar dana PKBL yang disalurkan BNI di Papua dan Papua Barat selama Oktober 2012 ini adalah menyerahkan beasiswa senilai Rp 1,5 miliar. Beasiswa tersebut disalurkan kepada Universitas Cendrawasih, Universitas Negeri Papua, dan Universitas Musamus. Setiap universitas mendapatkan Rp 500 juta.

“Ini baru langkah awal kami, karena target lanjutannya adalah minimal ada 10 persen siswa SMA yang bisa ditampung di universitas Papua dan Papua Barat,” ungkap Felia.

Dorongan terhadap kesempatan untuk berkuliah ini serius karena daya serap perguruan tinggi di Papua dan Papua Barat terhadap para lulusan sekolah menengah atas (SMA) masih sangat terbatas.

“Kami tahu ada sekitar 30.000 anak SMA yang lulus di Papua dan Papua Barat, namun hanya 10.000 siswa yang terserap di universitas di Papua dan Papua Barat. Atas dasar itu, kami memikirkan jalan keluar agar anak-anak Papua asli dapat ditampung di universitas yang ada di Papua sendiri atau di luar Papua dan Papua Barat,” ujar Felia.

Langkah BNI menyalurkan dana PKBL ke dunia pendidikan ini dilakukan di saat anggaran pemerintah untuk menyediakan infrastruktur sekolah sebenarnya terus meningkat setiap tahunnya.

Sejak tahun 2009, anggaran pendidikan dikunci pada level 20 persen dari anggaran belanja APBN. Sebagai gambaran, pemerintah mengalokasikan tidak kurang dari Rp 289,95 triliun anggaran pendidikan yang disiapkan dalam APBN 2012.

Akan tetapi, dana yang begitu besar tidak sepenuhnya menutup kebutuhan dana pembangunan infrastruktur pendidikan di Indonesia. Oleh karena itulah, kelompok masyarakat lain ikut membantu penyediaan dana pembangunan sarana pendidikan tersebut, termasuk salah satunya yang dilakukan oleh BNI.

Pemimpin Divisi Human Capital, Anggoro Eko Cahyo menegaskan, dukungan BNI terhadap perbaikan sumber daya manusia (SDM) di Papua dan Papua Barat tidak hanya dilakukan dengan memberikan bantuan dana, melainkan juga dengan memberikan kesempatan kepada putra-putri asli Papua dan Papua Barat untuk bekerja di BNI. Ada dua program yang dapat dipakai sebagai pintu masuknya, yakni Official Development Program (ODP) dan Early Recuitment Program (ERP).

“Kami juga melakukan pemantauan langsung ke universitas untuk memberikan beasiswa yang berprestasi hingga mereka lulus. Lalu setelah lulus, kami memberikan kesempatan untuk bekerja di BNI, sebagai bagian dari program Early Recruitment,” tutur Anggoro. [BNI]